Harapan besar masyarakat Desa Jagaraga untuk memiliki monumen perang Jagaraga yang sudah diidam-idamkan sejak 20 tahun lalu, akhirnya terwujud. Peresmiannya dilakukan hari Senin, 13/2, oleh Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana dengan cara menandatangani prasasti dan menggunting bunga di pintu masuk ke dalam bangunan yang berisi sejumlah diorama perang Jagaraga.
Dalam laporannya, Kepala Dinas Sosial Buleleng, Gde Komang mengungkapkan perang Jagaraga termasuk perang paling lama di Bali dalam melawan kolonial Belanda,yaitu dari tahun 1846 sampai 1849. Dalam perang besar itu, dua tokoh sangat berperan besar, yaitu I Gusti ketut jelantik yang didampingi istrinya, Jero Ketut Jempiring. Mengenai jalannya peperangan yang mengguncang pemerintahan penjajah kala itu, telah dibuatkan sejumlah diorama yang ditempatkan di dalam bangunan di bawah patung utama. Untuk menghargai jasa perjuangannya, pengorbanan para pahlawan Jagaraga dan Patih Jelantik dan Jero Jempiing, Pemerintah Kabupaten Buleleng dalam kepemimpinan pertama Bupati yang akrab disapa PAS bersama Wakil Bupati Sutjidra mengupayakan pembangunan monumen tersebut. Hasilnya dapat diwujudkan di tahun 2016.
Mengenai biaya pengerjaan monumen, lanjut laporan Gde Komang, mencapi Rp. 15 Miliar.Dikerjakan dari Juni sampai Desember 2016. Kendala pembangunan nyaris tidak ada, hanya ada kesulitan menggarap wajah Jero Jempiring karena tidak ada fotonya. Sedangkan wajah Patih Jelantik, didapat dari kiriman perpustakaan di Leinden Belanda, lalu dikirim ke Jogya untuk dibuatkan patung. Mengatasi rekaan wajah Jero Jempiring, papar Gde Komang, digunakan wajah perempuan yang masih terbilang garis keturunan Jero Jempiring.
Bupati Buleleng dalam sambutannya mengatakan monumen Jagaraga merupakan simbol bahwa Buleleng juga memiliki nilai sejarah,tentang puputan, “ Tentang nilai-nilai mempertahankan daerah kita terhadap penjajah,” tegasnya.
Dalam wawancara, Bupati mengungkapkan, pada saat ini dinas terkait sudah diperintahkan memetakan situs-situs perjuangan yang akan dipakai menjadi situs bahwa di Buleleng memiliki nilai-nilai perjuangan yang bisa diteladani. Selain itu, situs perjuangan akan mengedukasi para pelajar. Karenanya diminta kepada Dinas Pendidikan mengkondisikan agar pada hari-hari tertentu sekolah-sekolah dapat melakukan kunjungan ke monumen perjuangan di Buleleng.
Usai acara peresmian, dilanjutkan melihat diorama jalannya perang Jagaraga. Kemudian menyimak hiburan tarian dari penari sepuh Luh Menek, penari yang pertama menarikan tari klasik Buleleng ,Teruna Jaya. Kemudian hiburan dilanjutkan dengan sendratari Perang Jagaraga..(st)
https://bulelengkab.go.id